Banyak yang mengatakan kalau kalian sudah bersahabat dengan seseorang lebih dari 7 tahun berarti dia adalah sehabat sejati anda. Saya pribadi dulunya percaya dengan itu. Sehingga saya sangat-sangat menyayangi sahabat-sahabat saya. Karena saya dan sahabat-sahabat saya kami telah bersahabat lebih dari 10 tahun bahkan. Tapi berjalannya waktu, saya belajar dan saya mengerti bahwa lama nya persahabat tidak menjamin bahwa dia adalah sahabat sejati atau dialah orang yang tepat untuk saya.
Sahabat Sejati Tidak Akan Menjatuhkan Sahabatnya Di Belakang
Karena saya yang mempercayai akan perkataan orang tentang bersahabat lebih dari 7 tahun berarti dialah sahabat sejati anda. Itu membuat saya buta dalam bertahun-tahun. Buta dalam menilai dan mempertahankan sahabat saya. Sehingga saat sahabat saya menyakiti saya atau mengecewakan saya, saya masih akan memaafkannya berkali-kali. Saya masih akan memahami dan memberikan toleransi. Saya masih akan memakhlumi hal itu. Dan saya masih memafkannya dan membukakan pintu hati saya padanya. Sampai sudah banyak teman-teman dekat yang ada disekitar saya, bahkan pacar saya sendiri pun sudah mengatakan dia tidak baik untuk saya. Mereka sudah mengatakan dia tidak sebaik itu.
Dia sudah keterlaluan, saya terlalu baik padanya. Sampai banyak yang sudah mengatakan kalau dia sahabat sejati mu, kalau dia sahabat yang baik dan benar. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu pada saya. Awalnya saya hanya sekedar mendengar, dan saya masih memberika pembelaan, ya sudah, karma jalan kok. Atau saya memberikan pembelaan, ya dia orang nya baik kok, dia tidak sadar aja akan perbuatannya. Karena saya masih optimis, bahwa dia orangnya baik, dia hanya tidak tahu apa yang dia lakukan. Salah satu yang membuat saya masih optimis bahwa dia orangnya baik, karena saya berteman dengannya sudah sangat lama, dari kami SD.
Dan saya tahu background keluarganya gimana, saya tahu dia ada masalah dengan mental health. Sehingga itu yang membuat saya masih memaafkannya. Tapi berjalannya waktu, karen sudah terlalu sering saya memaafkannya, sehingga dia makin memanfaatkan keadaan tersebut dan membuat saya kecewa dan sakit. Dengan menceritakan hal yang buruk dan tidak benar tentang saya, sampai dia berusaha membuat saya berantem dengan sahabat saya yang lainnya. Dan disitu saya belajar, jika sahabat sejati tidak akan melakukan hal itu.